Pantaskah Kita Meninggalkan Ibadah?


Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Pada hari kiamat, Allah SWT berhujjah dengan empat orang atas empat jenis manusia lain: Terhadap kaum hartawan (orang-orang kaya), Allah mengemukakan Nabi Sulaiman bin Daud sebagai argumen; terhadap hamba sahaya, Allah berhujjah dengan Nabi Yusuf; terhadap orang-orang yang sakit, Allah berhujjah dengan Nabi Ayub; dan kepada orang-orang fakir, Allah berhujjah dengan Nabi Isya."

Adakah kita memilki alasan untuk lalai atau tidak menyembah Allah, dalam keadaan apapun? Sabda Rasulullah diatas mengingatkan kita akan peran kita diciptakan didunia yang hanya untuk menyembah Allah. Bukankah Allah menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya?

Allah memberikan argumennya terhadap empat golongan tersebut agar manusia selalu ingat kepada-Nya dan supaya tidak lupa daratan. Argumen tersebut diumpamakan oleh hamba-hambanya yang soleh yang menjadi Nabi agar dapat menjadi panutan bagi orang-orang yang beriman. Keempat golongan tersebut adalah;

1. Golongan Orang-orang Kaya
 Allah menjadikan Nabi Sulaiman sebagai panutan untuk orang-orang kaya dan yang memilki kuasa akan kehidupan manusia. Pertanyaannya, adakah seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan seperti Nabi Sulaiman? Maha Besar Allah atas semua Kekayaan dan Kekuasaan-Nya, telah memberikan ketetapan-Nya kepada seseorang atas kaya dan miskin, namun apakah dengan kedua hal tersebut seseorang akan lebih dekat dengan-Nya? atau menjauh?

Sekilas tentang Nabi Sulaiman, beliau diberi mukjizat dari Allah untuk dapat berbicara dengan binatang dan berkomunikasi dengan jin, dan dia diberikan kekayaan dengan Istananya dan kekuasaan sebagai Raja, hanya untuk mengajak pengikutnya menyembah Allah. Tidak lain dan tidak bukan, dengan kekayaan dan kekuasaannya itu, dia menjadikanNya media untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah memberikan Argumen tentang Nabi Sulaiman untuk golongan orang-orang kaya, masih adakah mereka menjadikan kenikmatannya itu untuk disombongkan atau digunakan dalam jalan ketaqwaan?


2. Golongan Hamba Sayaha
 Golongan Hamba Sahaya ini dapat diartikan seperti pengabdian seseorang kepada tuannya. Tuan dalam dunia dapat diartikan seperti, pekerja kepada perusahaan; pembantu kepada majikan; pengusaha kepada target usahanya dan lainnya. Hamba sahaya selalu disibukan dirinya untuk hal yang berkaitan dengan penghambaannya atau penguasanya yang berjasa dan menjamin kehidupannya didunia. Untuk golongan ini, Allah menjadikan Nabi Yusuf sebagai argumen untuk menjadi panutan bagi orang-orang yang berada dibawah kekuasaan akan sesuatu selain Allah.

Sekilas tentang Kehidupan Nabi Yusuf menjadi hamba sahaya yang patuh kepada tuannya, yaitu fir'aun dan istrinya, namun dia menjadikan penghambaanya kepada Allah yang paling utama. Dengan Aqidah yang kuat kepada Allah, disertai dengan ibadahnya dan dapat terlihat juga dari akhlak yang ditimbulkannya sebagai hamba yang taat.

Kehidupan dunia membuat sebagian orang sibuk dengan urusan keduniaannya masing-masing, sehingga tujuan mereka diciptakan didunia ini tertutup bahkan tertutup. Kita harus pahami tujuan Allah menciptakan manusia untuk apa?


3. Golongan Orang-orang yang Sakit
Kepada orang-orang yang sakit pun Allah memberikan panutan seperti Nabi Ayub. Keadaan yang ada pada orang-orang sakit adalah banyaknya mengeluh, dicabutnya kenikmatan dunia karena dia tidak bisa merasakan apa-apa, dan terbatas ruang geraknya karena banyak pantangan yang harus dijaga agar penyakitnya tidak bertambah parah. Padahal, Allah sedang menurunkan hidayah kepadanya jika mereka berpikir dan yakin, serta mengintropeksi diri. Tahu kah kita? Dalam keadaan sakit tersebut Allah menegur kita terhadap apa yang telah kita lakukan dan apa saja yang masuk kedalam tubuh kita. Dalam keadaan tidak berdaya, Allah sedang menghapus dosa bagi orang-orang yang sadar akan tegurannya untuk kembali ke jalannya.

Adakah seseorang yang memiliki penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan Nabi Ayub. Sakit yang diderita selama puluhan tahun dan sifatnya yang bersyukur dan sabar atas sakitnya. Sekilas tentang Nabi Ayub, beliau memberikan contoh yang patut ditiru oleh semua orang atas kesabarannya menerima penyakit dari Allah, dan dia pun tidak mengeluh bahkan tidak protes dengan penyakit yang di deritanya. Dia selalu bersyukur atas nikmat sekecil apapun yang di berikan Allah kepadanya, dan dia tidak pernah meninggalkan ibadah walaupun dia sedang sakit.


4. Golongan Orang-orang Fakir
 Orang-orang fakir adalah yang mengalami sulitnya ekonomi. Ada kalanya ketika ada golongan seperti ini, mereka berpaling dari Allah, karena yang dirasanya adalah ketidakadilan baginya. Maka, mereka pun lalai dan meninggalkan ibadah demi mengatasi masalah ekonomi. Allah memberikan perumpaman seperti Nabi Isa sebagai panutan bagi orang-orang yang fakir untuk tetap beribadah.

Sekilas tentang Nabi Isa, beliau seorang Nabi yang di utus kepada kaumnya untuk bertauhid menyembah Allah, bukan dirinya.  Beliau hidup dalam keadaan fakir, tidak memiliki barang sedikit pun harta duniawi, tidak punya rumah, harta bahkan istri. Mungkin beliaulah orang yang paling fakir di dunia. Dengan keadaan seperti itu, tetapi dia tidak pernah meninggalkan ibadah. Dia selalu memberikan perilaku yang baik terhadap kaumnya, dan penuh kasih sayang.


Di golongan manakah kita berada?
Masihkah kita lalai untuk beribadah?


Tidak ada dispensasi apa pun dalam suatu golongan untuk tidak beribadah kepada Allah, bahkan, Jika semua aktifitas kita diniatkan untuk beribadah kepada Allah, maka Allah pun akan mempermudah, mencukupkan dan memuliakan hidup kita di dunia dan akhirrat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Pohon Kebaikan

Belajar dari Nasehat Nabi Muhammad terhadap Abu Dzar Al-Ghifari

Jalan yang Lurus