Sholat Bermakna

Pembahasan tentang sholat kali ini cukup menarik, karena banyak yang diantara kita yang lupa bahkan tidak tahu tentang hakikatnya sholat dalam kehidupan. Sebagian besar dari kita mungkin hanya tahu bagaimana dan apa itu sholat, hukum sholatnya, hafalan bacaan sholatnya, rukun dan syarat sholat, dan waktu-waktu sholat. Namun faktanya sholat lebih dari sekedar kewajiban, sholat memiliki nilai spiritual tertinggi yang dapat menghantarkan kita untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta.

Arti bacaan shalat perlu kita pahami baik secara global maupun kata per kata. Dengan memahami apa yang kita baca, shalat bisa lebih khusyu dan lebih berarti. Sebaliknya, jika kita tidak mengerti apa yang kita baca, maka hati dan fikiran akan lebih mudah terisi oleh sesuatu yang dapat mengganggu kekhusyuan shalat. Ini terjadi karena hati dan fikiran tidak memiliki "kesibukan" untuk mengartikan apa yang dibacanya. Shalat yang tidak dilandasi dengan pemahaman arti merupakan salah satu ciri ketidaksempurnaan shalat. Allah bahkan mengumpamakan hal ini seperti orang yang sedang mabuk.

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu mengerti apa yang kamu ucapkan"
(QS An Nisa:43).

Arti Bacaan Shalat Secara Global
Takbir : Memuji Allah yang Maha Besar
Doa Iftitah : Memuji Allah, menghadap, penghambaan diri dan penegasan kemusliman
Al Fatihah : Memuji Allah, minta petunjuk jalan yang lurus
Bacaan ruku: Memuji Allah yang Maha Suci dan Maha Agung
Bacaan Sujud : Memuji Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi
Bacaan Duduk Antara : Doa memohon 7 hal penting kepada Allah
Bacaan Tahyat : Memuji Allah, doa selamat dan persaksian (syahadat)
Bacaan Salam : Doa keselamatan

HAKIKAT SHOLAT

Rasulullah bersabda : “Sebaik-baiknya amal adalah shalat pada waktunya.”

“(Lukman menasihati putranya  Hai Anakku, dirikanlah shalat dan perintahkanlah (kepada manusia) untuk mengerjakan yang makruf dan cegahlah (mereka) dari berbuat mungkar. Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya itu termasuk urusan-urusan yang tegas (diwajibkan oleh Allah) (QS. 31 : 17).

Bahwa shalat yang benar akan termanifestasikan dalam kebaikan akhlak. Menjelaskan lebih jauh pengertian ini, Imam Ja’far al-Shadiq menyatakan :
 “Ketahuilah bahwa sesungguhnya shalat itu merupakan anugerah Allah untuk manusia sebagai penghalang dan pemisah (dari keburukan). Oleh karena itu, sesiapa yang ingin mengetahui sejauh mana manfaat shalatnya, hendaklah ia memperhatikan apakah shalatnya mampu menjadi penghalang dan pemisah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang diterima (oleh Allah) adalah hanya sejauh yang mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar”

Namun, peringatan Allah yang paling tegas mengenai hal ini adalah ketika Dia mengancam :
“(Neraka) Wayl bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya. Yang riya’ (tidak ikhlas karena Allah dan pamer). Dan menolak memenuhi keperluan dasar orang. “ (QS. 107 : 4-7)

 Kiranya sejalan belaka dengan itu, Imam Ja’far diriwayatkan berulangkali menegaskan :
 “Tidak diterima shalat orang yang tak memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang lapar dan telantar.”

Bahkan, dapat disimpulkan dari keseluruhan kandungan Surat Al-Ma’un yang merupakan sumber cuplikan ayat-ayat di atas, bahwa orang-orang seperti ini tak lebih dari orang-orang yang berpura-pura beragama (yukadzi-dzibu bid-din), atau hanya dalam hal lahiriahnya saja tampak beragama, karena – meski mereka termasuk orang-orang yang menegakkan shalat (al-mushallin) – mereka menolak anak yatim dan tak berupaya menyantuni orang miskin. (QS. 107 : 1-3)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perumpamaan Pohon Kebaikan

Belajar dari Nasehat Nabi Muhammad terhadap Abu Dzar Al-Ghifari

Jalan yang Lurus